Menurut berita terbaru, pendiri Telegram Pavel Durov baru-baru ini mengungkapkan sebuah kejadian mengejutkan. Setahun yang lalu, ia mengalami penahanan yang tidak berdasar selama 4 hari di Prancis, yang oleh Durov digambarkan sebagai "sangat konyol secara hukum dan logika".
Peristiwa ini dipicu oleh perilaku beberapa pengguna Telegram yang menarik perhatian polisi Prancis. Namun, setelah penyelidikan yang berlangsung selama satu tahun, pihak berwenang masih belum menemukan bukti adanya perilaku yang tidak pantas. Durov menegaskan bahwa polisi Prancis tidak pernah mengajukan permintaan penyelidikan yang sah kepada Telegram sebelum bulan Agustus 2024, kelalaian ini secara langsung menyebabkan tindakan penahanan yang salah ini.
Durov menyatakan bahwa peristiwa ini sangat merusak citra Prancis sebagai negara yang bebas. Saat ini, dia diminta untuk kembali ke Prancis setiap 14 hari, tetapi tanggal banding belum ditentukan. Menghadapi situasi ini, Durov menunjukkan tekad yang kuat, dan dia percaya bahwa akhirnya dia akan menang dalam perjuangan keadilan ini.
Peristiwa ini memicu perhatian luas di kalangan teknolog dan hukum, banyak yang mempertanyakan apakah tindakan otoritas Prancis melanggar hak individu dan otonomi perusahaan. Pada saat yang sama, ini juga menyoroti tantangan global tentang bagaimana menyeimbangkan antara keamanan negara dan privasi individu di era digital.
Sebagai platform komunikasi instan yang menekankan privasi pengguna, Telegram selalu menjaga sikap hati-hati dalam perlindungan data pengguna. Nasib Durov tentu akan memicu lebih banyak diskusi tentang hak digital dan penegakan hukum lintas negara. Seiring perkembangan situasi, komunitas teknologi global sedang memantau dengan seksama kemajuan kasus ini.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
13 Suka
Hadiah
13
2
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
DefiPlaybook
· 23jam yang lalu
Berdasarkan data protokol komunikasi privasi Blockchain terbaru, kasus ini memiliki risiko pelanggaran program sebesar 73,8%.
Menurut berita terbaru, pendiri Telegram Pavel Durov baru-baru ini mengungkapkan sebuah kejadian mengejutkan. Setahun yang lalu, ia mengalami penahanan yang tidak berdasar selama 4 hari di Prancis, yang oleh Durov digambarkan sebagai "sangat konyol secara hukum dan logika".
Peristiwa ini dipicu oleh perilaku beberapa pengguna Telegram yang menarik perhatian polisi Prancis. Namun, setelah penyelidikan yang berlangsung selama satu tahun, pihak berwenang masih belum menemukan bukti adanya perilaku yang tidak pantas. Durov menegaskan bahwa polisi Prancis tidak pernah mengajukan permintaan penyelidikan yang sah kepada Telegram sebelum bulan Agustus 2024, kelalaian ini secara langsung menyebabkan tindakan penahanan yang salah ini.
Durov menyatakan bahwa peristiwa ini sangat merusak citra Prancis sebagai negara yang bebas. Saat ini, dia diminta untuk kembali ke Prancis setiap 14 hari, tetapi tanggal banding belum ditentukan. Menghadapi situasi ini, Durov menunjukkan tekad yang kuat, dan dia percaya bahwa akhirnya dia akan menang dalam perjuangan keadilan ini.
Peristiwa ini memicu perhatian luas di kalangan teknolog dan hukum, banyak yang mempertanyakan apakah tindakan otoritas Prancis melanggar hak individu dan otonomi perusahaan. Pada saat yang sama, ini juga menyoroti tantangan global tentang bagaimana menyeimbangkan antara keamanan negara dan privasi individu di era digital.
Sebagai platform komunikasi instan yang menekankan privasi pengguna, Telegram selalu menjaga sikap hati-hati dalam perlindungan data pengguna. Nasib Durov tentu akan memicu lebih banyak diskusi tentang hak digital dan penegakan hukum lintas negara. Seiring perkembangan situasi, komunitas teknologi global sedang memantau dengan seksama kemajuan kasus ini.